Cerita Gay – pengakuan pemerkosa
CERITA SEX GAY,,,,,,,,,
Saya tinggal di pinggir kali di sebuah
kawasan kumuh di Jakarta Barat. Kali itu
adalah batas antara kawasan saya yang
kumuh dan sebuah perumahan elite.
Kami tiap hari melihat mobil-mobil
mewah lalu-lalang di jalan seberang,
masuk-keluar rumah-rumah yang mewah
bagaikan istana itu.
Hari Rabu malam (tgl.13 Mei ) terasa ada
sesuatu yang tidak lazim di lingkungan
sekitar kami. Jalan-jalan menjadi lebih
sepi dari biasanya. Rumah-rumah gedong
di seberang kali itu tertutup rapat, dan
tidak seperti biasanya, tidak ada orang
keluar masuk. Kemudian kami dengar
desas-desus bahwa ada banyak
mahasiswa yang ditembak mati oleh
tentara, dan kerusuhan sudah pecah di
Grogol. Keesokan harinya, kami pergi
‘melihat-lihat’ di pusat pertokoan
terdekat. Melihat banyak orang
menjarah, kami pun ikut-ikutan
mengambil barang dari supermarket.
Saya sendiri cuma mendapat beberapa
batang coklat dan pakaian bayi,
semuanya saya berikan ke tetangga
yang punya anak kecil. Pada saat
menjarah, kami melihat bahwa para
pemilik toko itu sangat ketakutan, dan
tampaknya kami bisa melakukan apa
saja tanpa ada risiko ditangkap dan
dipukuli polisi. Dalam perjalanan pulang,
kami (bertujuh) di belokan gang
berpapasan dengan dua cowok
berseragam SMA, satu tinggi kurus dan
satu lagi pendek. Mereka berusaha lari
menjauhi kami. Iseng-iseng sambil
bercanda, si Karim (salah satu dari kami,
yang paling kocak) membentak mereka
menyuruh berhenti. Kami sendiri tidak
menduga akibat bentakan Karim: kedua
cowok itu terhenti langkahnya, kaku
bagaikan patung. Ketika kami mendekat,
salah satu cowok itu langsung berlutut,
memohon belas kasihan. Melihat itu,
temannya pun langsung ikut berlutut,
menyembah-nyembah.
Kami pun mula-mula cuma bisa melongo,
berpandang-pandangan, tidak tahu harus
berbuat apa. Tetapi melihat adanya
kesempatan, naluri binatang kami mulai
merasuk. Si Soni (yang tampangnya
paling sangar) langsung membuka
ritsleting celananya, mengeluarkan
penisnya dan memerintahkan kedua
cowok itu untuk mengisapnya. Keduanya
ragu-ragu, tetapi langsung ditempelengi
bertubi-tubi. Soni kemudian menjambak
rambut si Jangkung dan menyodorkan
penisnya ke mulutnya. Dia menganga
begitu saja, tidak tahu penis itu harus
diapakan. Akhirnya Soni mendorong
penisnya keluar masuk mulutnya dengan
menjambak rambutnya. Dia muntah,
tetapi Soni tetap dengan iramanya. Ia
kemudian berpaling ke Si Pendek yang
dari tadi bengong melihat temannya
diperlakukan begitu.
Karena sudah melihat contoh, dia
langsung membuka mulutnya dan
membiarkan Soni menikmati mulut dan
tenggorokannya. Melihat itu, kami pun
ikut bergabung, ramai-ramai membuka
celana, mengelilingi mereka berdua.
Mereka kami suruh mengisap penis kami
bergantian, berkeliling lingkaran. Setiap
ada perintah, mereka pindah ke orang
yang berikutnya, begitu terus sampai
sekitar 10 menit. Si Jakaria yang mulai
mendapat ide, berkata kepada kami:
‘Stop dulu, lihat sini!’ Si Pendek yang
sedang berlutut di depannya mengisap
penisnya disuruhnya berhenti, dan
diperintahkannya membuka mulutnya
lebar-lebar. Dia berdiri di depannya,
penisnya sejengkal dari mulut sang
cowok. Jakaria diam sejenak, menarik
napas, membuat kami yang lain bingung
apa yang ada di pikirannya.
Tiba-tiba dia kencing ke dalam mulut si, si
Pendek langsung menutup mulutnya dan
berusaha meludahkan kencing yang
sudah terlanjur masuk ke mulutnya.
Jakaria langsung menempelengnya dan
menutup lobang hidungnya sambil
mengancam: “Kalau sampai ada kencing
gua yang tumpah, gua hajar lu sampai
mampus”. Ditutup hidungnya, secara
refleks si Pendek membuka mulutnya,
dan Jakaria kemudian melanjutkan
kencingnya yang terputus. Si Pendek pun
akhirnya menenggak kencing Jakaria
yang datang tak putus-putus. Sebelum
kencingnya habis, Jakaria berhenti dan
memerintahkan si Jangkung untuk
mendekat. “Lu juga, kalau tumpah,
awas!” Kali ini dia memasukkan seluruh
penisnya ke dalam mulut si Jangkung,
dan langsung kencing ke dalam
tenggorokannya. Si Jangkung berusaha
mati- matian menelan semua air seni itu,
tetapi sempat juga tersedak.
Sebagian kencing keluar dari lubang
hidungnya, sambil terbatuk-batuk. Kami
sangat terangsang melihat ulah Jakaria,
dan mengikuti perbuatannya. Satu
persatu kami kencing ke dalam mulut si
Jangkung dan si Pendek, semuanya habis
ditelan mereka. Sesudah itu mereka
kembali mengisap berkeliling dalam
lingkaran. Sampai saat itu mereka berdua
masih berpakaian lengkap, jadi saya
perintahkan mereka untuk membuka
pakaiannya sendiri tetapi tidak boleh
berhenti mengisap. Perlawanan mereka
sudah patah, keduanya tidak berani lagi
membantah perintah …
…kami. Dalam waktu beberapa menit,
keduanya sudah telanjang bulat Penis
keduanya tidak bersunat, tampak
tergantung lunglai. Ukurannya kecil
menurutku, dibandingkan penisku
walaupun sedang tidur. Jakaria
memegang kontol si Jangkung dan
mengocoknya.
Lambat laun penis si Jangkung berdiri
tegang juga. Si Soni tak mau ketinggalan,
si Pendek juga diloco penisnya sampai
ngaceng. Lalu kedua cowok
ditelentangkan berdampingan di atas
lantai emperan toko. Soni duduk di perut
si Pendek sambil mengumpulkan dahak
dan ludah di dalam mulutnya. Ketika
mulutnya sudah penuh, ibukanya mulut si
Pendek dengan paksa, dan
diludahkannya semua lendir itu ke dalam
mulut si Pendek, lalu dibentaknya:
“Telan semua!” Si Pendek yang sangat
ketakutan tidak punya pilihan lain kecuali
mengikuti perintah Soni. Jakaria pun tidak
ketinggalan, langsung berbuat hal yang
sama terhadap si Jangkung. Terus terang,
kami sangat terangsang dengan tontonan
ini, dan tidak tahan untuk tidak ikut
meludahkan dahak ke dalam mulut
mereka berdua. Atas isyarat Soni, kami
pun bergantian duduk di dada kedua
cowok itu, menyodorkan penis kami
untuk diisap. Setelah beberapa menit,
Jakaria dan Soni berganti posisi. Soni kini
memperkosa mulut si Jangkung, dan
Jakaria kebagian si Pendek. Kedua cowok
itu sama sekali tidak berusaha lagi untuk
melepaskan diri. Mereka tetap mengikuti
perintah-perintah untuk membuka mulut
lebih lebar untuk diludahi atau mengisap
penis lebih kuat
Jakaria muncul ide barunya, katanya:
“Gua belum pernah ngerasain lubang
pantat cowok.” Saya pikir apa-apaan
mau menjilat lubang pantat orang, Tapi
ternyata saya salah tanggap.
Diangkatnya kaki dan pinggul si Pendek
kemudian diludahkannya dahak ke
lubang pantatnya. Kemudian
dimasukkannya jari telunjuknya ke
dalam lubang pantat si Pendek sampai
habis, lalu diganti dengan jempol,
dimainkan masuk keluar. Sang cowok
meringis kesakitan, tapi disambut dengan
“Ini belum apa-apa.” Dimasukkannya jari
telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke
dubur si Pendek, masuk keluar sambil
diputar-putar. Setelah beberapa lama, ia
berkata: “Sekarang lu udah siap.” Kami
disuruh memegangi si Pendek erat-erat
pada posisi telentang dengan kedua kaki
tertekuk ke kepala.
Ia kemudian mengarahkan penisnya ke
lubang pantat si Pendek dan didorong
dengan kuat sekaligus. Saya yang ikut
memegangi, melihat dengan jelas
bagaimana penisnya menghilang ke
dalam lubang pantat si Pendek sampai
habis. Sang cowok memberontak sekuat
tenaga sambil memohon ampun, tapi tak
berdaya dipegangi empat orang. Jakaria
kemudian memulai irama masuk-
keluarnya, sambil bergumam: “Gile,
cowok ini sempit amat.” Tangan Jakaria
masih sempat mengocok pelir si Pendek
yang ngaceng dengan kerasnya. Soni
kemudian meminta bantuan kami
memegangi si Jangkung untuk diperkosa
juga duburnya.
Mendengar lolongan temannya, si
Jangkung menjadi kecut. Dia memohon-
mohon agar lubang pantatnya tidak
digagahi, dan menawarkan bahwa dia
akan mengisap kami bergantian sampai
kami puas. Kata Soni: “Lu bakalan ngisep
kita sampai puas dan tetap saja kita
pakai lubang pantat lu.” Tidak berapa
lama kemudian, penis Soni sudah
menerobos masuk-keluar di lubang
pantat si Jangkung. Tangan Soni
meremas-remas buah pelir si Jangkung
sambil sekali sekali mengocok batang
pelirnya. Cowok ini tidak bersuara,
bibirnya digigit kuat-kuat sampai
berdarah sambil melempar mukanya ke
kiri dan ke kanan menahan sakit.
Mengikuti contoh Jakaria, Soni kemudian
berpindah bolak-balik dari mulut ke
dubur, kemudian langsung ke mulut sang
cowok untuk dibersihkan, lalu kembali
lagi ke dubur.
Tidak puas dengan itu, mereka kemudian
menggunakan jurus ‘kutu loncat’, dari
dubur cowok satu pindah ke mulut
cowok yang lain. Mereka pun akhirnya
bertukar pasangan, sehingga masing-
masing berhasil mencicipi keempat
lubang tubuh kedua cowok tersebut.
Mereka berdua kemudian memilih untuk
mengeluarkan air maninya di dalam
dubur kedua cowok itu. Atas ide Jakaria,
mereka berdua tidak langsung mencabut
penisnya. Setelah berkonsentrasi
beberapa saat, mereka berdua kencing di
dalam dubur si Jangkung dan si Pendek!
Penis mereka yang berlendir bercampur
kencing, tai dan darah, mereka sodorkan
ke cowok yang lainnya untuk diisap dan
dijilat sampai bersih.
Sesudah Soni dan Jakaria selesai, kami
berlima pun ‘berpesta’ dengan kedua
korban sampai puas. Soni dan Jakaria
pun kemudian bergabung lagi untuk
ronde kedua. Di saat ini masing-masing
cowok dimanfaatkan secara maksimum:
kedua …
…lubang mereka diisi penuh pada saat
bersamaan. Seorang dari kami telentang
di lantai, kemudian seorang cowok
didudukkan di atasnya, dan penisnya
menerobos duburnya. Si cowok
kemudian dibaringkan telentang di atas si
laki-laki. Laki-laki kedua mengangkat
kepala si cowok dengan menjambaknya
dan kemudian mendorong penisnya ke
dalam tenggorokannya. Setelah beberapa
saat, posisinya diputar: yang di dubur
pindah ke mulut. Kami pun pindah dari
satu cowok ke cowok lainnya. Sesudah
kira-kira dua jam, kami pun sudah tak
mampu lagi, dan bersiap-siap
meninggalkan tempat itu. Tapi sebelum
pergi, si Jakaria punya ide lainlagi. Ia
berjongkok di atas kepala si Jangkung
yang sedang telentang tak berdaya.
Kami pun mengajaknya untuk pergi:
“Mau apa lagi, lu!” Tiba-tiba dia memencet
hidung sang cowok, dan begitu mulutnya
terbuka, ia langsung berak ke dalam
mulut si Jangkung. Lalu diambilnya
rambut si Jangkung untuk dipakai
menggosok dan membersihkan lubang
pantatnya. Melihat itu, Soni pun tidak
mau ketinggalan. Dikangkanginya si
Pendek dan diperintahkannya untuk
membuka mulut. Tahu akan diapakan, si
Pendek meronta-ronta, tetapi setelah
puting susunya dipencet dengan keras,
tidak berani melawan lagi. Dia pun
membuka mulutnya lebar-lebar, dan saya
melihat sendiri tai Soni bergulung di
mulutnya. Soni memaksanya untuk
menelan semua tai itu.
Si Pendek karena ketakutan, berusaha
melahap semuanya tetapi mengalami
kesulitan karena kotoran itu terlalu kental
dan pekat. Terpaksa kami pun beramai-
ramai menyumbangkan kencing ke mulut
si Pendek untuk membantunya menelan
seluruh tai Soni. Akhirnya kami
meninggalkan kedua cowok itu telanjang
bulat di emperan toko. Pakaian mereka
kami ambil dan kami bagi-bagi di antara
kami sebagai ‘souvenir’. Saya cuma
kebagian satu jaket yang beremblem
salah satu SMA swasta di Jakarta.
Setelah beristirahat di rumah, kami pun
mendiskusikan rencana menyerbu rumah
di seberang kali yang ada 3 anak
cowoknya.,,,,,,,,,,,,,,,,